Source: https://www.pinterest.com/pin/821203313279411098/ |
“Janji ya, nanti kalau kamu sudah sampai di sana, langsung kabari aku. Pokoknya setiap pulang kuliah, kamu harus chat aku. Jangan lupa,” rengek Fanny kepada kekasihnya, Revan, yang akan berkuliah di Jerman, sambil memakaikan gelang yang khusus dibuat olehnya sebagai hadiah perpisahan.
“Iya, aku janji. Senyum dong, jangan sedih lagi ya,”
jawab Revan sambil menghibur Fanny dan berusaha menahan kesedihannya. “Aku nggak lama
kok. Kamu kan tau, nanti aku akan balik lagi ke Indonesia setelah aku lulus. Nggak mungkin aku selamanya tinggal disana, Fan,” kemudian ia mengambil tangan Fanny
dan menggenggamnya sambil berusaha meyakinkan kekasihnya tersebut.
“Sayang, kalian jangan sedih-sedih gitu dong.
Nikmati kebersamaan kalian di sini. Mama tau, ini sangat berat buat kalian.
Tapi coba deh, nikmati momen kalian ini sekarang,” tiba-tiba Mama Revan memecah
keheningan antara dua sejoli yang akan berpisah untuk sementara waktu pada pagi
hari itu. “Kalian mau titip apa? Mama mau beli sesuatu nih,” lanjut Mama Revan
kemudian.
“Terserah Mama aja, Ma,” sahut Revan dengan muka
datar.
“Aku samaan aja, Tante, kaya Revan,” jawab Fanny
kemudian.
Lalu Mama Revan pergi meninggalkan mereka berdua
yang masih duduk di ruang tunggu bandara untuk membelikan mereka makanan.
Menurutnya alangkah lebih baik apabila ia memberikan ruang kepada mereka supaya
lebih leluasa berbicara dari hati ke hati sebelum kepergian putranya.
“Fan, jangan sedih dong. Aku sedih nih kalo kamu
sedih,” ucap Revan kepada Fanny tiba-tiba.
Fanny lalu menoleh ke arah Revan dan berkata, “Revan,
jujur, kalo kamu tanya gimana perasaanku saat ini, aku amat sangat sedih. Aku
juga nggak siap melepasmu, terlebih kamu baru kasih tau aku dua hari yang lalu.
Itu mendadak banget, Re. Itu buat aku shock.
Hari itu setelah aku dapat kabar darimu tentang beasiswa ini, Aku speechless, selera makanku pun hilang.
Aku langsung berpikir gimana nantinya aku disini tanpa kamu Re.” Fanny
tiba-tiba terdiam, tidak melanjutkan perkataannya dan air matanya pun mengalir
tanpa ia sadari. “Tapi aku sadar. Aku nggak boleh egois. Pendidikan itu lebih
penting, terlebih kamu kesana karena beasiswa itu. Itu impianmu sejak dulu. Aku
seharusnya mendukungmu, Re. Bukannya malah menjadi penghalang untuk kamu
menggapai impianmu.”
Revan masih terdiam dan tidak menyangka bahwa Fanny
akan mengatakan hal itu kepadanya.
“Re, aku sayang kamu. Kejar impianmu. Aku disini
menunggumu.”
Revan tersenyum dan mengusap air mata Fanny. “Makasih
Fan, makasih udah mendukungku dan mau menungguku. Aku janji nggak akan mengecewakanmu dan Mama. Aku juga sayang kamu.”
Comments
Post a Comment